Kamis, 14 Agustus 2014

Teori atom ( Dalton, Thomson, Rutherford, Bohr )

Teori Atom (Dalton, Thomson, Ruterfo

Teori Atom Dalton
Sekitar  2,5 abab yang lalu, filusuf  dari Yunani yaitu Leukippus berpendapat bahwa suatu materi akan tersusun atas  butiran-butiran kecil, pendapat ini kemudian dikembangkan oleh seorang muridnya yang bernama Demokritus. Demokritus selenjutnya berpendapat bahwa suatu materi tersusun oleh partikel-partikel kecil yang tidak dapat dibagi lagi, selajutnya partikel-partikel yag kecil tersebut dinamakan dengan atom.
Konsep atom ini selanjutnya berkembang setelah terdapat perumusan tentang Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap, yaitu pada abab 18 John Dalton mengungkapan teori tentang atom

Pada tahun 1804, John Dalton mengemukakan tentang eksitensi dari suatu atom. Ia berpendapat bahwa konsep atom menurut Demokritus benar karena tidak bertentangan dengan hukum Hukum Kekekalan Massa dan Hukum Perbandingan Tetap. Berdasarkan pada pemikiran tersebut ia merumuskan teori atom, teori tersebut sebagai berikut :
1. Materi tersusun dari partikel-partikel kecil yang disebut dengan atom
2. Unsur adalah materi yang tersusun dari atom-atom yang sejenis dengan massa dan sifat yang sama
3. Unsur yang berbeda memiliki atom-atom dengan massa dan sifat yang berbeda pula.
4. Senyawa adalah materi yang tersusun dari sekurang- kurangnya 2 jenis atom dari unsur-unsur yang berbeda, dalam senyawa atom-atom tersebut berikatan melalui ikatan antar atom.
5. Atom tdak dapat dimusnahkan. Reaksi kimia hanyalah terjadi penataan ulang dari atom-atom yang terlibat dalam reaksi tersebut.
Dalam perkembangannya, tidak semua isi teori atam Dalton adalah benar, karena atom ternyata masih dapat terbagi lagi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yaitu partikel subatomik, seperti elektron, proton dan neuton.
Selain mengungkapkan tentang teori atom, Dalton juga memberikan gambaran tentang model atom, model tersebut digambarkan sebagai berikut :
John Dalton (1766-1844) Model Atom Dalton

Gambar John Dalton dan model atom dari John Dalton




Teori Atom Thomson
Penemuan elektron atas penelitian yang dilakukan oleh William Crookes (1875) yang disempurnakan oleh J.J. Thomson dan R. Milikan, memberikan bukti bahwa ketidaksempurnaan model atom Dalton, hal ini karena massa elektron lebih kecil dibandingkan dengan atom
J.J. Thompson memperinci model atom Dalton. Dikemukakannya bahwa “Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamnya tersebar muatan negatif elektron.
Cara yang mudah dan praktis untuk menggambarkan model ini adalah dengan menganggap elektron sebagai kismis di dalam roti proton, sehingga model ini diberi nama model roti kismis. Berikut ini gambar JJ Thomson dan Model Atomnya


Model Atom Rutherford
Pada tahun 1910, Rutherford melakukan eksperimennya dengan melakukan penembakan sinar alfa terhadap sasaran sebuah lempeng emas tipis. Sinar alfa merupakan sinar yang berasal dari partikel yang dipancarkan oleh zat radioaktif. Sinar ini merupakan partikel atom helium yang bermuatan positif serta mampu menembus berbagai logam.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa adanya partikel alfa yang terpantul pada penembakan lempeng tipis emas. Fakta ini tidak sesuai dengan model atom yang dikemukakan oleh J.J. Thomson dimana atom digambarkan bersifat homogen pada seluruh bagiannya (tidak mengindikasikan adanya bagian yang lebih padat pada atom).
Berikut ini eksperimen yang dilakukan oleh Rutherford :



Gambar. I.8 Eksperimen yang dilakukan Rutherford

Dari ekperimen tersebut dapat disimpulkan bahwa :
a. Sebagian besar partikel sinar alfa diteruskan, menunjukkan bahwa pada atom terdapat ruang kosong
b. Partikel sinar alfa yang mendekati inti atom dibelokkan , menunjukkan adanya gaya tolak inti terhadap lempeng tipis emas
c. Adanya sinar yang dipantulkan, menunjukkan bahwa dalam atom-atom emas terdapat bagian yang padat yang mampu memantulkan partikel alfa dan bagian atom yang padat tersebut mempunyai muatan positif (partikel alfa yang bermuatan positif akan ditolak oleh bagian atom yang bermuatan positif)

Dengan kesimpulan ini Rutherford memberikan gagasan untuk model atom yaitu :
Atom tersusun atas inti atom yang memiliki muatan positif dan dikelilingi oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif, hal ini dapat diasumsikan dengan planet yang mengelilingi matahari. Planet sebagi elektron sedangkan matahari adalah inti atom yang bermuatan positif. Berikut ini gambar  model atomnya :



Pada tahun 1886, sebelum hakikat sinar katoda ditemukan, Goldstein melakukan suatu eksperimen dengan tabung sinar katoda dan ia menemukan fakta berikut: Yaitu apabila katoda tidak berlubang ternyata gas di belakang katoda tetap gelap. Namun, apabila pada katoda  berlubang ternyata gas di belakang katoda menjadi berpijar. Hal ini menunjukkan bahwa adanya radiasi yang berasal dari anoda, yang menerobos ke lubang dan menuju ke  katoda. Radiasi itu disebut dengan sinar anoda atau sinar positif atau sinar terusan (yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini)



Hasil eksperimen ini menunjukkan bahwa sinar terusan merupakan radiasi partikel (dapat memutar kincir) yang bermuatan positif (dalam medan listrik dibelokkan ke kutub negatif). Partikel sinar terusan ternyata bergantung pada jenis gas dalam tabung. Artinya, jika gas dalam tabung diganti dengan gas yang lain, ternyata dihasilkan partikel sinar terusan dengan ukuran yang berbeda. Partikel sinar terusan terkecil diperoleh dari gas hidrogen.

Pada tahun 1906, Ernesh Rutherford, ilmuwan yan berasal dari Inggris dengan menggunakan alat spekrometer massa (modifikasi dari sinar katoda) untuk membuktikan keberadaan dari partikel yang memliki muatan positif. Dari penelitian yang telah dilakukan dihasilkan bahwa atom H menghasilkan partikel bermuatan positif yang paling ringan. Massa partikel positif dari atom-atom lainnya merupakan kelipatan dari massa positif atomH.
Selanjutnya pada tahun 1919, partikel positif dari atom H diberi nama yaitu proton yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “proteis” yang artinya yang terpenting. Massa proton sekitar 1,672 x 10-27.
Eksperimen Rutherford merupakan awal ditemukan neutron, dalam eksperimen yang ia mencoba menghitung jumlah muatan positif dalam inti atom dan massa inti atom, dengan harapan massa inti atom dan massa muatan positif sama tetapi setelah dilakukan perhitungan ternyata massanya berbeda.
Ini dibuktikan oleh eksperimen yang dilakukan oleh  Aston pada ahun 1919 ia menemukan alat spektrometer massa, yaitu alat yang dapat digunakan untuk menentukan massa atom dan massa molekul. Dengan alat tersebut, Aston menemukan bahwa atom-atom dari unsur yang sama dapat mempunyai massa yang berbeda. Fenomena ini selanjutnya disebut dengan  isotop, salah satu fenomena yang menggugurkan teori atom Dalton. Selain itu juga ditemukan bahwa massa suatu atom ternyata tidak sama dengan jumlah proton pada atom tersebut. Banyak atom yang massanya sekitar dua kali massa protonnya. Berdasarkan kedua fakta tersebut, Aston menduga keberadaan partikel netral dalam atom yang jumlahnya dapat berbeda meskipun unsurnya sama.
Selain itu lmuwan Amerika yaitu William Draper Harkins  pada tahun 1920 menduga adanya partikel lain dalam inti atom selain proton. Partikel tersebut mempunyai massa yang hampir sama dengan massa proton tetapi partikel tersebut tidak bermuatan. Selanjutnya Chadwick melakukan eksperimen untuk mengetahui keberadaan partikel yang tidak bermuatan atau bersifat netral.
Berikut ini gambar eksperimen yang dilakukan oleh Chadwick pada tahun 1932. 



Gambar. I.10 Eksperimen yang dilakukan Chadwick

Dari penembakan sinar α ke dalam pelat berilium akan menghasilkan suatu radiasi yang tidak bermuatan. Apabila terdapat suatu materi padat dalam hal ini menggunakan parafin ditempatkan sebagai penghalang, maka akan mengakibatkan proton dari atom hidrogen akan terlempar keluar.
Partikel yang tidak bermuatan tersebut selanjutnya disebut dengan neutron, dengan massa yaitu 1,675 x 10-27 kg. Berikut ini massa dan muatan dari partikel subatom elektron, proton dan neutron.
Tabel I.1 Massa dan Muatan dari subatomik
Partikel
Lambang
Massa (kg)
Muatan
Satuan
Coulomb
Elektron
e-
9,109 x 10 -31
-1
1,6 x 10-19
Proton
P
1,673 x 10 -27
+1
1,6 x 10-19
Neutron
N
1,675 x 10 -27
0
0

Selasa, 12 Agustus 2014

Listrik Dinamis


LISTRIK DINAMIS adalah Listrik Dinamis adalah  listrik yang dapat bergerak. Cara mengukur kuat arus pada listrik dinamis adalah muatan listrik dibagai waktu dengan satuan muatan listrik adalah coulumb  dan  satuan  waktu  adalah  detik.  kuat  arus  pada  rangkaian  bercabang  sama dengan  kuata  arus  yang masuk  sama  dengan  kuat  arus  yang  keluar.  sedangkan  pada rangkaian  seri  kuat  arus  tetap  sama  disetiap  ujung-ujung  hambatan.  Sebaliknya tegangan berbeda pada hambatan. pada rangkaian seri tegangan sangat tergantung pada hambatan, tetapi pada rangkaian bercabang tegangan tidak berpengaruh pada hambatan. semua  itu  telah  dikemukakan  oleh  hukum  kirchoff  yang  berbunyi.  “jumlah  kuat  arus listrik  yang  masuk  sama  dengan  jumlah  kuat  arus  listrik  yang  keluar”.  berdasarkan hukum  ohm  dapat  disimpulkan  cara  mengukur  tegangan  listrik  adalah  kuat  arus  × hambatan. Hambatan nilainya selalu sama karena tegangan sebanding dengan kuat arus. tegangan  memiliki  satuan  volt(V)  dan  kuat  arus  adalah  ampere  (A)  serta  hambatan adalah ohm.

KUAT ARUS LISTRIK (I)
Aliran listrik ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak di dalam suatu penghantar. Arah  arus  listrik  (I)  yang  timbul pada penghantar berlawanan arah dengan arah gerak elektron. Muatan  listrik dalam  jumlah  tertentu  yang menembus  suatu penampang dari suatu penghantar dalam satuan waktu tertentu disebut sebagai kuat arus listrik. Jadi kuat arus  listrik  adalah  jumlah muatan  listrik  yang mengalir  dalam  kawat  penghantar  tiap satuan waktu.  Jika  dalam waktu  t mengalir muatan  listrik  sebesar Q, maka  kuat  arus listrik I adalah:
I = Q ⁄  t
I= kuat Arus (A)
Q = muatan listrik (C)
t = waktu (sekon )

Beda Potensial (V)
 
Beda potensial adalah banyaknya energi listrik yang diperlukan untuk memindahkan sejumlah muatan listrik. Beda potensial dirumuskan:
V = W/Q
W = energi listrik ( J )
Q = muatan listrik ( C )
V = beda potensial ( V)
Beda potensial  adalah dorongan yang menyebabkan elektron-elektron itu mengalir dari satu tempat ketempat lain. Elektron dapat mengalir pada suatu rangkaian jika ada beda potensial. Tapi jika rangkaiannya terbuka elektron tetap tidak mengalir walaupun ada beda potensial. Terjadinya arus listrik dari kutub positif ke kutub negatif dan aliran elektron dari kutub  negatif  ke  kutub  positif,  disebabkan  oleh  adanya  beda  potensial  antara  kutub  positif  dengan  kutub  negatif,  dimana  kutub  positif  mempunyai  potensial  yang  lebih  tinggi  dibandingkan  kutub  negatif.  Dengan  demikian,  dapat  dikatakan  bahwa  arus  listrik  timbul  jika  ada  perbedaan  potensial.  Beda  potensial  antara  kutub  positif  dan  kutub  negatif  dalam  keadaan  terbuka  disebut  gaya  gerak  listrik  dan  dalam  keadaan  tertutup  disebut tegangan jepit.

MENGUKUR BEDA POTENSIAL
Beda potensial atau disebut juga tegangan dapat diukur dengan Voltmeter. Voltmeter selalu dipasang Paralel terhadap komponen yang akan diukur beda potensialnya.
Gambar 1. Pengukuran Beda potensial lampu.
Cara membaca Voltmeter:
V = ( skala yang ditunjuk/skala maksimum) x batas ukur.
Selain Voltmeter, beda potensial dapat diukur dengan menggunakan Multimeter dan Osiloskop.